Dolar Tersengat Potensi Penurunan Suku Bunga, Tersungkur Empat Sesi Beruntun
Tuesday, May 07, 2024       05:35 WIB

Ipotnews - Dolar melemah versus sebagian besar mata uang, Senin, untuk sesi keempat berturut-turut karena data pasar tenaga kerja baru-baru ini dan komentar dari pejabat Federal Reserve mendukung harapan penurunan suku bunga, namun greenback menguat terhadap yen setelah dugaan intervensi pekan lalu.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, berada di jalur penurunan terpanjang sejak awal Maret, demikian laporan  Reuters,  di New York, Senin (6/5) atau Selasa (7/5) pagi WIB.
Laporan penggajian Amerika Serikat, dirilis Jumat, menunjukkan kenaikan lapangan kerja terkecil sejak Oktober, sehingga mengurangi kekhawatiran the Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama.
Komentar dari Chairman Fed, Jerome Powell, Rabu, bahwa kenaikan suku bunga sepertinya tidak mungkin juga digaungkan oleh pejabat bank sentral lainnya, Senin. Presiden Fed New York, John Williams, mengatakan "pada akhirnya" bank sentral akan memangkas suku bunga, meski dia tidak memberikan kerangka waktunya.
Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, mengatakan tingkat suku bunga saat ini cukup membatasi untuk mendinginkan perekonomian sehingga membawa inflasi kembali ke target bank sentral sebesar 2%.
Kalender ekonomi pekan ini relatif sepi, dengan fokus tertuju pada pembacaan sentimen konsumen dari University of Michigan, Jumat, sementara sejumlah pejabat the Fed akan menyampaikan pidatonya, termasuk Gubernur Lisa Cook dan Michelle Bowman.
Dolar akan tetap melemah "selama data tetap kondusif dan selama para petinggi the Fed tidak membantah Jay Powell, namun saya rasa beberapa dari mereka akan melakukan hal tersebut," kata Thierry Wizman, analis Macquarie di New York.
"Pasar tenaga kerja saat ini jelas lebih longgar dibandingkan tahun lalu, namun pada saat bersamaan, mereka yang lebih hawkish dapat dengan mudah membangun argumen untuk mendukung suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama."
Indeks DXY turun 0,1% menjadi 105,06, dan euro menguat 0,12% jadi USD1,0771.
Yen melemah terhadap greenback setelah pekan lalu mencatat apresiasi mingguan terkuat sejak awal Desember 2022, menyusul dua putaran dugaan intervensi dari Bank of Japan untuk menarik mata uang tersebut menjauh dari level terendah dalam 34 tahun di 160,245 per dolar. Yen melambung 3,5% pada pekan tersebut.
Pada sesi Senin, yen melemah 0,61% terhadap greenback menjadi 153,92 per dolar.
Pasar Jepang dan Inggris ditutup untuk hari libur nasional, Senin, namun karena Tokyo memilih periode tenang minggu lalu untuk melakukan intervensi di pasar mata uang, trader tetap waspada terhadap kemungkinan hal itu terulang kembali.
Trader memperkirakan Bank of Japan menggelontorkan hampir USD59 miliar untuk mempertahankan mata uangnya, pekan lalu, namun sepertinya hanya mengulur waktu, kata para analis, karena pasar masih memandang yen sebagai mata uang jual.
Namun, "saat ini cukup berbahaya untuk mengambil posisi beli dolar-yen," ujar Wizman.
"Hal ini bukan karena intervensi valuta asing itu efektif, tetapi jika BoJ berpikir bahwa imbal hasil AS telah mencapai puncaknya -- bukan mengatakan bahwa mereka telah mencapai puncaknya -- namun jika mereka berpikir yield AS telah mencapai puncaknya, maka mereka akan terdorong untuk mencobanya mengintervensi lagi."
Meski Jepang memiliki kapasitas untuk melakukan intervensi lebih banyak, lingkungan makro yang lebih luas masih cukup negatif bagi yen, menurut analis Goldman Sachs, dengan mengatakan intervensi yang "sukses" hanya akan berjalan sejauh ini.
Analis Barclays mengatakan intervensi tersebut hanya akan menunda kenaikan dolar.
Yen berada di bawah tekanan karena suku bunga AS meningkat, sementara suku bunga Jepang tetap mendekati nol, mendorong dana tunai keluar dari mata uang tersebut dan masuk ke aset dengan imbal hasil lebih tinggi.
Laporan mingguan terbaru dari regulator Amerika menunjukkan trader non-komersial, kategori yang mencakup perdagangan spekulatif dan hedge fund, mengurangi posisi short yen mereka menjadi 168.388 kontrak berjangka pada pekan yang berakhir hingga 30 April, masih mendekati posisi bearish terbesar sejak 2007.
Pasar sekarang memperkirakan hampir 50 basis poin penurunan suku bunga dari the Fed tahun ini, termasuk peluang 65,7% pemotongan setidaknya 25 basis poin pada September, menurut FedWatch Tool CME Group.
Poundsterling menguat 0,16% menjadi USD1,2564 menjelang pengumuman kebijakan Bank of England, Kamis, ketika suku bunga diperkirakan dipertahankan sebesar 5,25%. (ef)

Sumber : Admin